Perkembangan e-Commerce di Indonesia

NAMA : LATIFAH HIJRIATUL FIKRI

NIM : 12215008

KELAS : 12.1A.14

Dulu sebelum dikenal sebagai e-Commerce ini kita biasa melakukan transaksi jual beli dipasar, karena mengikuti perkembangan era digital mulai lah muncul e-Commerce. Apa sih sebenarnya e-Commerce ini? e-Commerce merupakan bentuk perdagangan elektronik dengan traksaksi jual beli barang maupun jasa secara online.

Tahun 2000-an terus bertumbuh umumnya situs jual beli barang seperti glodokshop.com, iklanbaris.co.id, datakencana, dll. Seiring berjalannya waktu karena besarnya persaingan satu persatu e-Commerce ini mulai berjatuhan. Tapi dari sini lah awal muncul nya marketplace seperti Tokopedia, tokobagus.com, go-jek yang banyak dikenal sampai sekarang.  Go-jek juga menjadi terobosan dari besarnya dampak e-Commerce di Indonesia, go-jek juga mampu melayani kebutuhan penumpangnya yang tersebar luas. Dari hal ini menarik perhatian e-Commerce luar negeri untuk masuk ke pasar Indonesia seperti Lazada, Zalora, Shopee dan lain lain.

Pada tahun 2014, Tokopedia berhasil mendapatkan investasi pertama sebesar Rp.1,2 triliun dari Sequoia Capital dan SoftBank Internet and Media Inc (SIMI) yang merupakan angka terbesar dalam sejarah e-Commerce di Indonesia. Pada tahun 2017 Tokopedia kembali menerina investasi sebesar USD 1,1 milyar dari Alibaba.

Menurut Kementrian Kominfo persentase pengguna internet untuk e-Commerce berdasarkan umur pada tahun 2016, yang tertinggi berada pada umur 26-35 tahun sebanyak 32%. Hal ini memperlihatkan generasi di Indonesia mendominasi penggunaan internet untuk e-Commerce.

Total penjualan online di Indonesia dari tahun 2012 sampai tahun 2016 peningkatan. Meskipun besar pendapatan penjualan online belum sebanding dengan penjualan retail tetapi penjualan online mengindikasikan kenaikan yang cukup stabil. Pada tahun 2012 total penjualan online di Indonesia sebanyak USD 1,04 milyar diakibatkan e-Commerce belum terlalu popular di Indonesia. Pada tahun 2016 total penjualan online berhasil meraih sebanyak USD 4,49 milyar, jika dilihat besarnya peluang  bisnis e-Commerce menarik perhatian banyak pihak dalam mengambil bagian dan bahkan melakukan investasi yang besar.

Pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tidak lagi menjadi pelaku UMKM tetapi membangun start up. Start up berbeda dengan UMKM, usaha ini menggunakan teknologi internet. Di banyak negara, start up ini diyakini berdampak penciptaan lapangan kerja yang besar sehingga mereka diberikan ruang dan area khusus dengan kebijakan yang harmonis.

Teknologi telah membuat segala produk menjadi jasa. Jasa yang serba digital dan membentuk marketplace, platform baru dengan masyarakat yang sama sekali berbeda. Menurut Kasali dalam bukunya distruption (2017), banyak bisnis lama yang sudah mapan menjadi goyah setelah berhadapan dengan lawan tak terlihat yang baru misalnya, terguncangnya Matahari dan Ramayana sebagai retailer konvensional ketika berhadapan dengan Lazada atau Zalora. Saat dunia berubah industri lama terdistrupsi karena lawan yang berada diluar jangkauan radar mereka.


Sumber : Jurnal Ekononomi dan Ekonomi Syariah vol 3 No 2, Juni 2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara instalasi Windows 11, Microsoft access, Photoshop